Senin, 23 November 2009

Waktunya Pulang Ke Negeri Sendiri

Saya ini sedang merasa aneh. Anehnya itu karena nonton dua orang Barat jalan-jalan di Beijing dengan muka senang. Senang lihat kehidupan orang Timur. Mungkin juga yang satu senang karena bawa kamera Canon berlensa tele dan bikin foto-foto bagus, dan yang satunya lagi karena bisa ngomong Mandarin dan Inggris dengan fasih sekali. Tapi tidak cuma itu keanehannya. Mereka juga senang ditusuk jarum dan tinggal di kamar yang kecil sekali.

Dari Beijing yang modern, mereka jalan-jalan lagi ke sebuah desa berjudul Bayanhushuo, lalu mereka merasa tambah senang karena menonton kebudayaan yang sudah jelas beda dengan daerah asalnya di Amerika sana.

Setelah menonton mereka yang sedang senang, saya jadi mikir. Kenapa ya saya kok ngurusin (bukan antonim dari ngegendutin, tapi maksudnya adalah mengurus) hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan budaya saya (Indonesia aseli), malah sibuk cari tau sejarah orang Rusia, lalu mengumpulkan catatan dan surat-surat Subcomandante Marcos. Untuk bidang saya (fotografi), saya malah berhasrat moto bule cantik seperti yang diperbuat Glen Prasetya dan bukannya mengabadikan Benjang khas Ujungberung.

Saya jadi ingat kata Mochtar Lubis. Orang Indonesia itu belum waktunya absurd. Karena hal-hal yang sifatnya realita di negara kita ini masih butuh perhatian. Orang dunia maju, situasi sosial budaya dan ekonominya sudah lebih "realistis", jadi wajar kalo mereka berpikir "keadaan sudah realistis, jadi ayo kita bikin itu surrealistis".

Mudah-mudahan percikan semangat saya ini akhirnya dapat berubah menjadi kobaran aksi, bukan hanya peraih Pulitzer dunia imajinasi.

3 komentar:

  1. haha. jadi malu bacanya.
    aku malah lagi belajar sejarah Jerman dengan Fuhrer tercinta.
    hehe.
    karena aku manusia Indonesia asli nih, jadi pasti aku punya alasan.
    haha.
    tadinya mau retorika Bung Karno sih tapi ga tau kenapa Hitler lebih menarik.
    haha. Maafkan saya Indonesia.

    BalasHapus
  2. yaa..mgkn krn org Indonesia gda yg bs djadiin contoh, jd kmu milih Fuhrer. hehehe..
    Indonesia memaafkanmu. jadilah warga negara Belanda.

    BalasHapus
  3. hahaha.
    ada sih cuma yang kaya begitu biasanya ga keliatan, susah nyarinya sekalinya ketemu jarang yang tau makin susah dah nyari bahannya.
    haha.
    kayanya seharusnya jadilah warga Jerman deh.

    BalasHapus