Minggu, 03 April 2011

Tonggak?

Tok..tok.. Aku buka ya pintunya. Iya.
Aku minum ya tehnya. Iya, silakan.
*Sruput.. nyess* Enak. Gimana, masih nulis? Belum terlalu, belum bisa dahsyat.
Aku merokok ya? Pasti iya jawabmu. Kemarin-kemarin dulu itu, kenapa nulis? Yaa.. biar bikin sejarah gitu, supaya hidup ini ada tonggaknya. Kalau lihat ke belakang ada buntutnya, eh, jejaknya. Diary gitu loh.
Wealah.. tak makan ya dodolnya. *Gelenyemm. glek..* Tonggaknya mesti megah ya? Supaya kalo ada yang baca, terkagum-kagum, eh, tertipu-tipu. Hmm..
Ini aku sedang jadi pak dalang lho, sedang mengawang. Lalu terbang melayang dan hilang?
Hah, kamu ini. Sok-sokan dibikin ber-rima, biar kebaca puitis. Hmm..
Gini, tak pikir ya, kamu itu nulisnya luas. Global gitu, ndak jelas lokalnya apa. Meracau sampean. Kamu ingin mempertahankan identitas ke-seniman-anmu yang belinya di pasar loak. Sudah beli, langsung dicuci, ditambal-tambil, seterika, semprot wangi-wangian, dipakai kesana-kemari berharap orang mengenali. Padahal? Tetott. Hmm..
Haduh, sudah lima tahun tak terasa ya. Aku pulang dulu, nanti tak tengok lagi. Lah, kemana kamu? Oh.. sudah pergi dari bulan lalu. Aku tidur di sini saja.
*Grookk..*

Di suatu malam yang sepi, di teras rumah ada kursi goyang, sepiring gorengan, teh manis hangat, dan rokok masih mengepul terjepit di asbak. Ohya, di dekat kursi goyang tadi ada sandal jepit hijau yang lusuh. Mungkin pemiliknya sudah tua.

8 komentar:

  1. layaknya bersin. saya hendak izin mentaut sekalian berkunjung dan meninggalkan jejak

    BalasHapus
  2. layaknya melihat hasil bersin di dingding, sy cuma melihat dan berlalu

    BalasHapus
  3. cha, sandal jepitnya warna biru.

    BalasHapus
  4. jangan2 ada org lain di ruangan itu??

    BalasHapus
  5. hey kamu ini, sering sekali seperti berbicara pada diri sendiri dan seakan-akan didunia ini tak ada makhluk hidup lainnya. atau tidak butuh? jadi sama saja ya? hmm..

    BalasHapus
  6. sama dengan apa hey kamu ini?

    BalasHapus
  7. sama dengan kesendirian yang kamu pilih. a blood cloth

    BalasHapus
  8. Wah sori baru liat ya, "Anonim".
    Ya.. there's always a price for something. Both of us paying the price for our different prize(s).

    BalasHapus